Menyusuri Jejak Sejarah Situs Tradisi Megalitik Gunung Padang Cianjur
Wednesday, January 16, 2019
11 Comments
Dok. Pribadi |
Menyusuri Jejak Sejarah Situs Tradisi Megalitik Gunung Padang Cianjur
Oleh: Cecep Gaos
Beberapa waktu yang lalu,
tepatnya pada tanggal 3 dan 4 Januari 2019, kami melakukan tadabur alam ke
beberapa lokasi di Bandung, Cianjur, dan Sukabumi. Salah satunya yaitu ke Situs
Tradisi Megalitik Gunung Padang yang terletak di Desa Karyamukti Kecamatan
Campaka Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat.
Rombongan Tadabur Alam Yayasan Puri Artha (Dok. Panitia) |
Karena jalan untuk mencapai lokasi
tidak memungkinkan dilalui oleh bus, maka kemudian kami diangkut oleh beberapa
angkot yang sudah menunggu di sebuah lokasi yang sudah ditentukan sebelumnya.
Perjalanan ke Situs Tradisi
Megalitik Gunung Padang pun akhirnya dimulai ketika kami semua sudah siap
berada di dalam angkot masing-masing. Wajah-wajah kami terlihat semakin senang
dan bersemangat ketika angkot-angkot yang kami tumpangi mulai menyusuri jalanan
pegunungan yang berliku dan menanjak menuju lokasi.
Setelah sekitar 45 menit,
akhirnya kami tiba di lokasi parkir sebagai titik awal melakukan pendakian
menuju situs tersebut. Untuk mencapai lokasi situs ini, kami harus mendaki
karena posisinya berada di atas gunung. Ada dua pilihan jalur pendakian untuk
bisa tiba di sana, yaitu melalui tangga curam atau tangga landai. Jarak melalui
tangga curam yaitu sekitar 175 meter, sedangkan melalui tangga landai sekitar
300 meter. Tentu saja kedua pilihan ini mempunyai sensasi dan tantangannya
masing-masing.
Tangga menuju situs (Dok. Pribadi) |
Bagi yang ingin cepat tiba di
tujuan, tentu saja harus melalui tangga curam, namun kemiringannya cukup tajam.
Tentu saja ini sangat melelahkan. Bagi yang tidak cukup kuat, tangga landai
bisa menjadi pilihan. Tetapi tentu saja dengan jarak yang hampir dua kali lipat
lebih jauh, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi pun lebih lama.
Beberapa dari kami ada yang
memilih tangga curam, ada juga yang memilih tangga landai. Saya sendiri memutuskan
untuk memilih tangga curam untuk mencapai situs tersebut. Betul saja, tangga curam
ini memang sangat menguras tenaga. Napas saya tersengal-sengal, dan lutut pun
terasa pegal. Tetapi ada sensasi tersendiri yang saya rasakan. Anak tangga-anak
tangga yang terbuat dari bongkahan batu yang saya titi di jalur tangga curam, konon
katanya merupakan anak tangga asli buatan para nenek moyang.
Saya tidak sempat menghitung
berapa lama waktu yang saya habiskan untuk sampai di lokasi situs. Rasa capek
dan lelah pun akhirnya terbayar dengan luar biasanya karya nenek moyang kita dan
indahnya hamparan pegunungan yang mengelilingi situs ini.
Di lokasi situs, kami di arahkan
ke beberapa bagian situs sambil mendapatkan penjelasan dari juru pelihara
situs. Dijelaskan bahwa situs megalitik gunung
padang ini sudah tercatat sejak tahun 1914 oleh seorang Belanda yang sayangnya
saya tidak mendengar dengan jelas siapa namanya.
Kemudian dilaporkan oleh masyarakat sekitar pada tahun 1979 kepada dinas
terkait. Setelah pelaporan itulah kemudian dilakukan pembersihan karena
tertutup hutan belantara dan belukar. Pembersihan ini dilakukan hingga tahun
1985.
Lebih lanjut dijelaskan, situs
ini diperkirakan sudah ada sejak 25.000 tahun SM. Lalu dijelaskan bahwa arti
dari Gunung Padang ada dua versi. Yang pertama, bahwa Gunung Padang itu berasal
dari kata Padahiang, yang artinya tempat pertemuan orang-orang suci. Yang
kedua, diartikan sebagai gunung yang terang, yang bersinar, dan yang bercahaya.
Kemudian dijelaskan juga bahwa
situs ini memiliki lima teras atau undakan (tingkat). Di teras
pertama ada Aula, Batu Musik, dan Batu Domen (penduduk lokal menyebutnya Batu
Gong), dan Batu Gamelan. Batu-batu ini jika dipukul mengeluarkan suara yang nyaring
berdengung seperti sebuah alat musik pukul gong.
Aula (Dok. Pribadi) |
Batu Musik (Dok. Pribadi) |
Kemudian di teras kedua
terdapat Batu Kursi, Batu Lumbung, dan Batu Tapak Kaki.
Batu Tapak Kaki (Dok. Pribadi) |
Lalu di teras ketiga terdapat
Batu Gambar Kujang dan Batu Tapak Maung (Telapak Harimau). Setelah itu, di
teras keempat terdapat Batu Kanuragan. Batu kanuragan ini biasa dipakai untuk
menguji kekuatan.
Batu Kanuragan (Dok. Pribadi) |
Lalu di teras terakhir, yaitu di teras kelima terdapat Batu Pandaringan
(tempat bersandar) dan Batu Singgasana Raja.
Batu Pandaringan (Dok. Pribadi) |
Batu Singgasana Raja (Dok. Pribadi) |
Menurut kepercayaan masyarakat setempat,
tempat ini pernah menjadi satu tempat petilasan atau pernah digunakan pada
zaman Prabu Siliwangi atau Pajajaran. Namun, sampai saat ini belum ada yang
bisa menjelaskan siapa sebenarnya yang pertama kali menyusun batu-batu tersebut,
meskipun beberapa waktu yang lalu berbagai ilmuwan atau sejarawan datang untuk
meneliti. Selain itu belum diketahui kapan tepatnya situs ini dibangun karena
tidak ada prasasti, huruf, arca atau semacamnya yang dapat menjelaskan akan hal
itu. Namun beberapa ilmuwan mengatakan bahwa situs ini sudah mulai dibangun pada
zaman animisme dan dinamisme.
Hal yang unik dari situs tradisi megalitik
Gunung Padang ini yaitu serba lima. Yang pertama, struktur bangunan ada lima
undakan (tingkatan). Lalu kalau diperhatikan, sudut batu-batunya kebanyakan mempunyai
lima sudut. Kemudian, keunikan lainnya adalah bahwa situs ini dikelilingi oleh lima
gunung, salah satunya adalah Gunung Gede Pangrango.
Fungsi situs ini menurut
masyarakat sekitar yaitu kemungkinan besar dipakai sebagai tempat bermusyawarah
atau berkumpul dan juga sebagai tempat bertapa, peribadatan atau ritual.
Gunung Masigit/Musholla (Dok. Pribadi) |
Akhirnya, setelah sekitar sejam mengunjungi
lima teras Gunung Padang dan mendapatkan penjelasan, kami pun pamit untuk turun
dan melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan yang lain. Kali ini saya bersama
beberapa rekan mengambil jalur tangga yang landai. Anak tangga-anak tangga pada
jalur ini sepertinya merupakan anak tangga buatan dari coran batu, pasir dan
semen.
Itulah sekilas tentang penyusuran
jejak sejarah Situs Tradisi Megalitik Gunung Padang yang kelestariannya harus
kita jaga karena merupakan salah satu warisan budaya bangsa kita. Situs ini merupakan
salah satu bukti bahwa bangsa kita adalah bangsa besar yang mempunyai nilai-nilai
budaya yang tinggi yang patut kita syukuri dan banggakan. Wallahu a’lam. []
Inspiratif pacepga ... berkali-kali niat ingin ke sana, berkali-kali pula ga pernah jadi
ReplyDeleteTerima kasih...
ReplyDeleteAyo Bu kesana 💪💪
Terima kasih...
ReplyDeleteIt is my first visit to your blog, and I am very impressed with the articles that you serve. Give adequate knowledge for me. Thank you for sharing useful material. I will be back for the more great post. agen slot online terbaru
ReplyDeleteI think this is an informative post and it is very useful and knowledgeable. therefore, I would like to thank you for the efforts you have made in writing this article. เครดิตฟรีไม่ต้องแชร์
ReplyDeleteSocialMeep has exploded in popularity among brands, businesses, and agencies over the past few months – for good reason. SocialMeep is the best designed tool, and has generated consistent results for its customers. ยืนยัน ตัว ต้น
ReplyDeletePoker chips are additionally a significant thought.bonus member baru 200% slot
ReplyDeleteIt gives a set area to your poker games with your companions. situs dominoqq
ReplyDeleteThis is my first time i visit here. I found so many interesting stuff in your blog especially its discussion. From the tons of comments on your articles, I guess I am not the only one having all the enjoyment here keep up the good work 먹튀검증
ReplyDeleteThe common and regional states, just as the Canadian Federal government, have embraced global mediation laws dependent on the 1985 model the United Nation's Commission on International Trade Law drafted. best paysafecard online casino
ReplyDeleteThis is a great inspiring article.I am pretty much pleased with your good work.You put really very helpful information. Keep it up. Keep blogging. Looking to reading your next post. judi bola online
ReplyDelete