Guru Kalbu
Wednesday, February 13, 2019
2 Comments
Poto Ilustrasi: Pak Guru Nur Khalim (Sumber: https://vidioviral.com) |
Guru Kalbu
Buah Inspirasi: Cecep Gaos
Guru kalbu adalah jawaban dari segala kegersangan. Kegersangan hati dan jiwa yang diciptakan kemajuan zaman. Ia datang 'tuk mengusir segala kegelisahan. Kegelisahan akan rusaknya moral yang membahayakan.
Guru kalbu...
Ia bicara bukan 'tuk memaksa, mengubah cara. Ia bicara 'tuk memberikan secercah cahaya. Agar kreativitas dapat tercipta.
Guru kalbu...
Ia mengubah dengan keteladanan. Bukan melulu dengan ucapan yang kadang bisa menjemukan. Apalagi ucapan kasar yang merendahkan.
Guru kalbu...
Ia membentuk hati, jiwa, dan pikiran dengan kelembutan. Bukan dengan ancaman apalagi dengan kekerasan. Kekerasan tangan ataupun ucapan.
Guru kalbu...
Ia ada 'tuk memotivasi dan menginspirasi. Bukan 'tuk mengintimidasi atau menakut-nakuti. Apalagi menyakiti hati dan menjatuhkan harga diri.
Guru kalbu...
Ketika ia dihina. Bibirnya tetap tersenyum penuh makna. Matanya menatap dengan cinta. Tangannya terbuka 'tuk memeluk sukma.
Guru kalbu...
Kala tak diapresiasi, ia tak lantas sakit hati, apalagi memaki dalam hati. Justru sebaliknya ia menunjukkan jati diri. Bahwa ia punya idealisme dan harga diri.
Guru kalbu...
Ia tak peduli berapa besar gaji yang ia terima. Meski kebutuhan hidup tak bisa ditunda dan direkayasa. Tapi ia percaya, keikhlasan akan menemukan jalannya.
Guru kalbu...
Ia diam bukan karena ia tak berwibawa. Hingga ia tak mampu berbuat apa-apa. Ia diam 'tuk menyejukkan jiwa. Ia diam bukan karena ia tak punya harga diri. Ia diam 'tuk melembutkan hati.
Guru kalbu...
Ia mendidik dengan hati. Ia mengajar dengan jiwa.
#CG @Karawang, 14-02-2019
Baca juga: Masih Tentangmu
Mantap pak! Saya juga dikala mendidik anak2, ada satu dua kelas yang siswanya lebih memilih fokus dengan HP nya saat saya menjelaskan, dicoba memberi pengertian dan pemahaman mereka tidak terima dan cenderung malah "berontak". Akhirnya saya memilih berdiam diri, mencoba menjelaskan untuk 1, 2, 3 orang yg duduk di depan dan ingin belajar. Saya memilih mengelus dada sendiri menghadapi yg lainnya. Sebab jika dituruti amarah di dada ini, BAHAYA, dinegeri ini "cubitan kecil" bukan lagi tanda kasih sayang di mata hukum.
ReplyDeleteSemoga menjadi ladang pahala ya Pak Reikson. Semoga kita tetap istoqomah dalam menjalankan tugas dan kewajiban kita sebagai pendidik.
DeleteTerima kasih Pak. Salam hangat...